Prolaktin (hormon yang menghasilkan ASI)
Source: http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/prolaktin-hormon-yang-menghasilkan-asi/
Prolaktin (hormon yang menghasilkan ASI)
Hormon Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa
bagian depan yang ada di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu
untuk memproduksi ASI, sedangkan rangsangan pegeluaran prolaktin ini
adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (Sinus Lactiferus).
Semakin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara maka semakin banyak
ASI yang diproduksi, sebaliknya apabila bayi berhenti menghisap atau
sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi
ASI.
Setiap isapan bayi pada payudara ibunya akan merangsang ujung saraf di sekitar payudara. Rangsangan
ini diantar ke bagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi
prolaktin. Prolaktin dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara dan akan
merangsang pembuatan ASI. Jadi, pengosongan gudang ASI merupakan
rangsangan diproduksinya ASI.
Kejadian dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut refleks Produksi ASI atau Refleks Prolaktin, dan semakin sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak pula produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, maka semakin berkurang jumlah produksi ASI-nya.
Pada efek lain prolaktin, prolaktin mempunyai fungsi penting lain, yaitu menekan fungsi indung telur (Ovarium),
dan akibatnya dapat memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid,
dengan kata lain ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. (Roesli,
2001).
Oksitosin (hormon yang menghasilkan ASI)
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipofisa
yang terdapat di dasar otak. Sama halnya dengan hormon prolaktin, hormon
oksitosin diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara dirangsang oleh
isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat
otot-otot payudara mengerut disebut hormon oksitosin. Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI, refleks oksitosin atau let down refleks.
Reaksi
bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada
payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI
untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya terperas saat
menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveoli) ke gudang susu (Ductus Lactiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan reflek prolaktin saja, dan harus dibantu oleh refleks oksitosin.
Bila reflek ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI
yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit
dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung
dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan
menghambat produksi ASI. (Roesli, 2001).
Berdasarkan
pernyataan di atas maka, refleks oksitosin itu juga dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan dimana ibu dan bayi tinggal.
Ketidakpedulian akan ketenangan ibu dan bayi akan membuat ibu frustasi
yang akibatnya ibu merasa sedih, bingung, kesal dan marah sebagai dampak
kejiwaan sehingga mempengaruhi kerja hormon oksitosin. Hal tersebut
menuntut lingkungan terdekat yaitu keluarga untuk berperan dalam
menciptakan suasana ketenangan dan kenyamanan ibu dan bayi.
Adapun dalam pemeliharaan laktasi terdapat dua faktor penting yaitu:
1. Rangsangan
Bayi
yang minum air susu ibu perlu sering menyusu, terutama pada hari
neonatal awal. Penting bahwa bayi’difiksasi’ pada payudara dengan posisi
yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat.
Rangsangan gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola, sehingga tekanan diberikan kepada ampulla yang ada di bawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan demikian bayi minum dari payudara, dan bukan dari papilla mammae.
Sebagai respons terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari grandula pituitaria anterior,
dan dengan demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak.
Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak
awal, maka ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan
atau menggunakan pompa payudara. Tetapi pengisapan oleh bayi akan
memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua
cara tersebut.
2. Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi
sebaiknya mengosongkan satu payudara diberikan payudara yang lain.
Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian
air susu yang berikutnya payudara yang kedua ini yang diberikan pertama
kali, atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka
payudara yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya.
Apabila diinginkan agar bayi benar-benar puas (kenyang), maka bayi perlu
diberikan baik air susu pertama (fore-milk) maupun air susu kedua (hind-milk) pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar